Tuesday, October 28, 2008

Buang Keresahan, Hadapi Kenyataan!


Ditulis oleh tadabburayat di/pada Januari 19, 2007

Seorang pemuda berjalan lunglai di trotoar di pinggir jalanan yang ramai dilalui kendaraan. Dia sedang bersedih karena rasa kecewa dalam hatinya akibat diputus oleh kekasih yang sangat dia cintai. Kekasihnya menemukan seseorang yang memiliki kelebihan jauh di atas dirinya, baik dalam ketampanan fisik maupun kekayaan materi.

Dia merasa seakan dunia sudah runtuh dan hatinya hancur berkeping-keping. Ramainya jalanan terasa sepi dan sejuknya pagi terasa panas. Tidak ada keceriaan dan keindahan yang dilihat oleh matanya. Hijau pepohonan yang rindang menaungi jalanan itu seakan tidak ada artinya. Hatinya telah hancur.

Beberapa langkah kemudian, dia melihat seorang remaja seusianya ditabrak lari oleh sebuah mobil persis di depan matanya. Sopir mobil itu tidak peduli dengan pemuda yang ditabraknya. Sementara di sisi pemuda itu ada seorang gadis kecil menjerit dan menangis sambil memanggil-manggil abangnya yang tertabrak itu.

Pemuda yang patah hati itu segera menolong remaja itu. Semua kesedihan dan kekecewaan karena patah hatinya telah hilang, berganti rasa kasihan terhadap remaja dan gadis kecil itu. Dia berusaha memberhentikan mobil lain yang melewati jalan itu untuk meminta pertolongan agar mengantarkannya ke rumah sakit terdekat, sementara gadis kecil itu masih menangis sambil memeluk tubuh kakaknya yang berlumuran darah.

Seseorang memberhentikan mobilnya dan mengantarkan remaja naas itu ke rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit, dia harus menunggu dan menemani gadis kecil itu untuk menantikan berita dari dokter yang menangani abangnya. Setelah melewati pemeriksaan, dokter memberitahukan bahwa abangnya tidak apa-apa dan hanya mengalami luka ringan di kepala dan tangan.

Pemuda patah hati itu kemudian menasihati gadis kecil itu, “Sudahlah Dik…, nggak usah bersedih… Berdoalah semoga abangmu baik-baik saja.”

Padahal, beberapa waktu sebelumnya, dia sendiri merasa bersedih karena baru diputuskan oleh kekasihnya. Kini, dia telah bisa menguasai dirinya dan berbalik menasihati gadis kecil itu untuk tidak bersedih.

Hidup memang sebuah sandiwara dan permainan yang terkadang tampak aneh, tetapi kita mengalaminya. Tidak ada kesedihan yang abadi dan tidak ada kesulitan yang tidak punya solusi, karena hidup hanyalah sandiwara. Setiap sandiwara telah ada skenarionya sehingga alur cerita kehidupan menjadi terasa indah. Siapa pembuat skenario kehidupan itu? Kita sendiri. Kitalah yang menyusun skenario untuk kehidupan kita. Jika kita membuat skenario yang sedih, maka cerita kehidupan kita pun akan terus-terusan sedih. Sebaliknya, jika kita membuat skenario kehidupan yang membahagiakan, maka cerita kehidupan kita pun akan membahagiakan.

Seperti kisah pemuda patah hati itu. Jika gadis kecil itu tahu bahwa si pemuda juga baru bersedih, tentu dia akan berkata, “Bagaimana kamu melarangku bersedih, sementara kamu sendiri bersedih karena patah hati.” Akan tetapi, orang lain tidak ada yang mengetahui bahwa dia baru patah hati. Satu-satunya yang mengetahui hal itu adalah dirinya sendiri, karena pembuat skenario kehidupannya adalah dirinya sendiri.

Bila kita hanya melihat kepada kondisi kita sendiri dan tidak membandingkannya dengan orang yang lebih susah dan lebih menyedihkan, kita selamanya akan terus berada dalam kesedihan. Jika kita mau mengambil pelajaran dari pengalaman mereka, kita akan mendapati bahwa ujian dan cobaan yang kita alami, belum seberapa dibandingkan ujian dan kesulitan hidup yang dialami oleh orang lain.

Pemuda patah hati itu. Dia merasa sedih dan kecewa. Dia membandingkan dirinya dengan lelaki beruntung yang berhasil meraih cinta kekasihnya. Itulah yang membuatnya bersedih. Sementara ketika dia dihadapkan pada kenyataan bahwa ada orang lain memperoleh ujian dan cobaan yang jauh lebih menyedihkan dari dirinya, dia pun berubah dan mampu meneguhkan hati orang lain.

Ketika kita melihat orang lain yang memiliki kelebihan rezeki dan kenikmatan dari kita, kita merasa iri hati dan ingin memiliki yang jauh lebih besar dan lebih banyak dari mereka. Tetapi, jika kita melihat orang yang hidup dalam kekurangan dan lebih rendah pendapatannya dari kita, kita akan sadar betapa Allah sangat mencintai kita.

Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah saw. bersabda, “Lihatlah kepada mereka yang kondisi ekonominya lebih rendah dari kalian karena hal demikian akan membantumu untuk mensyukuri nikmat dan karunia Allah atas dirimu.”

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain…” (an-Nisaa’ [4]: 32

No comments: